(Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Topik Khusus Teknologi Informasi di Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Universitas Gadjah Mada, 16 Mei 2013)
Semakin berkembangnya globalisasi dunia, kebutuhan akan
pelayanan dan penyediaan informasi juga semakin bertambah dan diinginkan agar
semakin cepat, efisien, dan tidak merepotkan. Salah satunya adalah dalam bidang
pemerintahan. Pengubahan pelayanan dan kepengurusan pemerintahan menjadi bentuk
elektronis disebut sebagai e-Government atau disingkat e-Gov. Saat ini sudah
banyak negara yang berhasil mengimplementasikan e-Gov, salah satunya adalah
negara Jepang.
Pemerintah Jepang mulai membangun infrastruktur untuk
mendukung e-Government dari tahun 2001. Awalnya dibentuklah sebuah kebijakan
tentang segala hal yang menyangkut sistem e-Japan pada Maret 2001 dengan
menetapkan tujuan akan menjadikan Jepang sebagai negara dengan IT paling maju
di dunia dalam 5 tahun. Perencanaan semacam ini dibuat dengan membuat seluruh
bagian sistem dan tujuan sedetil dan sejelas mungkin, mulai dari bentuk
jaringan, perataan pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia, fasilitasi
e-Commerce, pendigitalan administrasi dan aplikasi IT di ruang publik,
pembuatan jaringan yang aman dan handal, dan segala isu yang mungkin menghadang
pengembangan e-Japan tersebut.
Pada tahun 2002, Jepang mulai menentukan 5 poin penting
yang menjadi prioritas dalam pengembangan e-Government pada 5 tahun mendatang.
Poin-poin penting tersebut antara lain pembuatan infrastruktur internet
berkecepatan tinggi, pendigitalan pendidikan sekolah dan pengembangan sumber
daya manusia, meningkatkan konten jaringan, pemerataan sistem pemerintahan
secara elektronik, dan ikut berpartisipasi dalam aktivitas internet secara
internasional. Setiap poin ini dijelaskan dengan langkah-langkah yang detil dan
konkrit seperti melakukan riset dalam bidang yang menjadi fokus permasalahan,
pengembangan tenaga kerja kreatif dengan pengetahuan dan keahlian yang
dibutuhkan secara IT, pembuatan sistem keamanan data dan pertukarannya dalam
suatu jaringan, mengalihkan proses birokrasi dengan banyak kertas menjadi
metode paperless, menyatukan seluruh
sektor dalam suatu sistem informasi yang terintegrasi bersama, dan lain-lain.
Salah satu implementasi yang sudah berjalan adalah sistem
One-Stop Service yang berhubungan dengan kepemilikan mobil secara prosedural,
disingkat menjadi OSS. OSS sudah mulai dijalankan pada Desember 2005 oleh
Kementrian Lahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata (Ministry of
Land, Infrastructure, Transport, and Tourism, MLIT). OSS ini dikembangkan agar
masyarakat yang sedang ingin membeli atau menjual mobilnya cukup mengisikan
prosedur menggunakan sistem OSS tanpa perlu ada campur tangan dari banyak
pihak, sehingga diharapkan transaksi jual beli dapat berlangsung dengan mudah,
lancar, dan lebih aman.
Dalam proses pengembangannya, implementasi e-Government
di Jepang dimulai dengan pelaksanaan sistem elektronisnya dari pemerintahan
daerah di beberapa kota. Contohnya pada kota Atsugi, telah dikembangkan suatu
website untuk mempromosikan kota Atsugi kepada para turis. Hal ini ditandai
bahwa website tersebut menyediakan tampilan dalam berbagai bahasa, mulai dari
Jepang, Inggris, hingga Vietnam. Selain itu, juga terdapat beragam informasi
tentang fasilitas kota seperti lokasi evakuasi jika terjadi suatu bencana,
berbagai klinik untuk mendapatkan pengobatan secara cepat, peta kota dengan menunjukkan tempat penting
pada suatu kota (misalnya kantor polisi, pemadam kebakaran, stasiun kereta,
terminal taksi, dan lain-lain. Selain itu, terdapat pula informasi dan petunjuk
dalam pembayaran pajak penduduk.
Beda halnya dengan kota Higashimurayama yang sudah mulai
implementasi pelayanan berbasis elektronis dengan lebih lengkap. Pelayanan yang
sudah tersedia antara lain berhubungan dengan pembayaran dan permintaan untuk memasang
jalur listrik, pemesanan fasilitas publik (seperti gedung serba guna),
pencarian judul buku pada perpustakaan kota, dan pengunduhan berbagai aplikasi
(kesehatan, pendidikan, kartu keluarga, asuransi jangka panjang, perpajakan,
dan lain-lain). Selain itu dalam website-nya juga ditampilkan berbagai berita
yang selalu diperbaharui. Hal yang sama juga dilakukan pada kota Kashihara.
Pada 2010, Jepang telah siap mengimplementasi sistem
e-Government untuk warganya. Hal ini dipaparkan oleh Division Manager Hitachi,
Takashi Kai dalam sesi presentasinya di acara e-Indonesian Initiative V di Aula
Timur ITB, Rabu (5 Mei 2010). Untuk implementasi ini, pemerintah Jepang akan
segera menerapkan nomor identitas nasional. Selain menguntungkan bagi
pemerintah Jepang karena menghemat waktu dan mengurangi birokrasi, masyarakat
juga dapat memonitor penggunaan nomor identitas tersebut, yaitu mengetahui
untuk apa dan siapa identitas tersebut digunakan. Menurut Kai, pengembangan ICT
(Information Communication Technology)
pada dasarnya merealisasikan operasional pemerintahan yang lebih aman, nyaman,
dan berguna bagi masyarakat.
Dapat dilihat bahwa perkembangan e-Government di Jepang
sudah dalam tahap implementasi dan sedang dalam proses pengembangan lebih
lanjut. Proses implementasi ini tidak lepas dari perencanaan yang detil untuk
menuju suatu tujuan yang jelas dan nyata. Tujuan pengembangan ini pun tidak
lepas dari tujuan utamanya yaitu membuat pelayanan birokrasi dalam pemerintahan
menjadi lebih aman, nyaman, dan berguna bagi masyarakat.
Referensi:
http://www.kantei.go.jp/ (16 Mei 2013)
http://www.manaboo.com/english/egov_japan.htm (16 Mei 2013)
http://egovjapan.blogspot.com/ (16 Mei 2013)
http://www.mlit.go.jp/index_e.html (16 Mei 2013)
http://www.city.higashimurayama.tokyo.jp/ (16 Mei 2013)
http://www.city.kashihara.nara.jp/index.html (16 Mei 2013)
No comments:
Post a Comment