Jantung berdegup keras. Tangan terasa dingin. Lutut menjadi mati rasa. Mulut susah mengucap kata. Begitulah yang dirasakan Fachri ketika akan mengucap kata cinta kepada Linda. Dengan muka yang cukup serius sang Romeo mengungkapkan perasaannya. Beberapa detik kemudian Linda hanya membalas dengan senyuman dan meminta waktu 24 jam agar ia bisa berpikir terlebih dahulu. Fachri menyetujuinya dan hanya bisa memandangi Linda saat ia berjalan menjauhi Fachri menuju rumahnya.
Selama perjalanan pulang ke rumahnya, Fachri masih heran atas apa yang ia lakukan barusan. Ya, Fachri memang sudah memendam rasa kepada Linda untuk waktu yang cukup lama. Namun untuk beberapa minggu terakhir, sebenarnya rasa tersebut sudah mulai memudar. Ia hanya memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya kepada Linda akibat dorongan dari teman-temannya, meskipun dorongan tersebut Fachri anggap sebagai bahan ejekan.
Sebenarnya Fachri dan Linda bersekolah di SMA yang berbeda, namun karena SMA Linda terletak di jalur pulang Fachri dan arah rumah Fachri sama dengan Linda, maka Linda sering meminta Fachri untuk pulang bersama. Pertemanan mereka berdua dimulai sejak bangku SMP, karena mereka berada di sekolah dan kelas yang sama. Linda merupakan murid pindahan dari SMP lain, sehingga Fachri mencoba untuk membantu Linda mengakrabkan diri dengan lingkungan sekolahnya yang baru. Dari situlah pertemanan mereka berkembang menjadi persahabatan.
Sesampainya di rumah, Fachri langsung merebahkan dirinya di kasur, mengistirahatkan matanya yang selalu membayangkan Linda. Handphone-nya diletakkan di sebelahnya, siap untuk berbunyi bila ada pesan masuk, khususnya dari Linda. Fachri melihat langit-langit kamarnya, tapi pikirannya terbang melayang jauh dari kamarnya tersebut. Ia hanya membayangkan apa yang akan ia lakukan apabila Linda menolaknya, karena ia tahu bahwa banyak pula lelaki yang menyukai Linda.
Tiba-tiba handphone Fachri berbunyi. Ia tersentak kaget. Ia tidak mengira akan ada orang yang mengirim SMS kepadanya di malam hari yang sudah cukup larut itu, dan ternyata itu adalah pesan dari Linda. Fachri menjadi semakin merinding. Dengan perasaan yang galau ia menekan tombol Open. Di layarnya tertulis pesan: "Aku mau jadi pacarmu."
Fachri benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Orangtua Fachri sudah menjadi haji dan merupakan orang yang dipandang cukup kuat dalam agama, sehingga tidak akan mudah untuk meminta izin pacaran dari kedua orangtuanya. Fachri memang anak yang cukup taat beribadah karena mendapat pendidikan agama yang lebih dari orangtuanya.
Di lain sisi, Fachri belum pernah berpacaran sebelumnya. Ini merupakan pengalaman yang baru bagi dirinya, sebuah pengalaman yang mungkin dapat mengubah cara berpikir dan jalan hidupnya, begitulah pikirnya. Tentu saja ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ia pikir tidak akan datang untuk kedua kalinya.
Fachri kemudian membalas pesan tersebut. Pesan yang menyebabkan mereka tidak pulang bersama lagi. Pesan yang membuat mereka saling menghapus nomor kontak dan daftar teman di jejaring sosial Facebook. Pesan yang membuat mereka berperilaku seakan tidak kenal satu sama lain ketika bertemu. Pesan yang berisi satu kata: "Maaf".
No comments:
Post a Comment